Selama ini, pengeluaran pemerintah memang lebih besar dari
penerimaan, maka pemerintah perlu utang untuk menjalankan anggaran defisit. Dengan
adanya utang kita bisa membangun infrastruktur, membiayai pengeluaran untuk
perlindungan sosial, transfer ke daerah, dan lain-lain demi pembangunan
Indonesia.
Dikutip langsung dari laporan dari BI, berikut adalah daftar
pendapatan / pemasukan negara.
Untuk lebih lengkap, anda dapat menggunjungi website terkait :
Statistik Ekonomi dan Keuangan Indonesia (SEKI)
Halaman Metadata SEKI dan ARC
IV KEUANGAN PEMERINTAH
IV.1. Pendapatan
Pemerintah
IV.2. Belanja
Pemerintah
IV.3. Pembiayaan
Pemerintah
IV.4 Posisi Surat
Berharga Negara (SBN)
Dikutip dari Liputan6.com, Jakarta Menteri Keuangan (Menkeu), Sri Mulyani Indrawati
menyampaikan realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan
(APBN-P) 2016 sementara.
Dari keseluruhan, pencapaian pendapatan negara Rp.1.551,8
triliun,
Realisasi belanja negara Rp.1.859,5 triliun,
sehingga defisit anggarannya Rp 307,7 triliun atau 2,46 persen
terhadap Produk Domestik Bruto (PDB).
Sri Mulyani menyebut, capaian pendapatan negara Rp.1.551,8
triliun hanya sebesar 86,9 persen terhadap target APBN-P di 2016 sebesar Rp .1.786,2
triliun.
Terdiri dari pendapatan dalam negeri yang mencapai Rp.1.546
triliun atau 86,6 persen dari target Rp.1.784,2 triliun dan penerimaan hibah Rp
5,8 triliun atau 295,2 persen dari target Rp 2 triliun.
Dari penerimaan perpajakan, kata dia,
realisasinya 83,4 persen menjadi Rp 1.283,6 triliun.
Sementara targetnya di tahun ini Rp 1.539,2
triliun.
Rinciannya penerimaan dari pajak 81,5 persen
atau Rp 1.104,9 triliun dari target Rp 1.355,2 triliun, serta penerimaan dari
bea cukai Rp 178,7 triliun atau 97,2 persen dari patokan Rp 184 triliun.
Dan berikut adalah pemberi
pinjaman bilateral dan multilateral terbesar buat Indonesia, seperti dikutip
dari data Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan, Selasa
(27/6/2017).
13. Korea Selatan Rp 19,5 triliun.
12. China Rp 13,51 triliun.
11. Amerika Serikat (AS) Rp 8,26
triliun.
10. Australia Rp 6,95 triliun.
9. Spanyol Rp 3,37 triliun.
8. Rusia Rp 3,3 triliun.
7. Inggris Rp 1,92 triliun.
6. Islamic Development Bank (IDB)
- Rp 9,95 triliun.
5. Jerman Rp 24,3 triliun.
4. Prancis Rp 24,3 triliun.
3. Bank Pembangunan Asia (ADB) Rp
119,51 triliun.
2. Jepang Rp 196,98 triliun.
1. Bank Dunia Rp 234,68 triliun.
Dikutip dari CNN Indonesia -- Direktorat Jenderal Pengelolaan
Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan (Kemenkeu) melansir, total
utang pemerintah pusat mencapai Rp3.825,79 triliun per akhir Agustus 2017 atau
bengkak Rp45 triliun dibandingkan posisi akhir Juli 2017, yaitu Rp3.779,98
triliun.
Dikutip dari JAKARTA, KOMPAS.com - Anggaran pengelolaan utang itu terdiri dari Rp 205,4
triliun untuk membayar bunga utang dalam negeri dan Rp 15,7 triliun untuk
membayar bunga utang luar negeri. Indonesia mengalokasikan anggaran Rp 221 triliun untuk membayar
utang, pemerintah juga dipastikan akan menambah utang dalam rangka menutup
defisit anggaran APBN 2017 sebesar 2,41 persen dari PDB atau Rp 330 triliun.
Pembayaran utang pada 2017 lebih besar Rp 30 triliun dari
tahun 2016 yang ada di kisaran Rp 180 triliun. Total utang pemerintah sendiri,
kata Robert, sekitar Rp 3.400 triliun.
Total pemasukan negara Indonesia adalah sebesar Rp 1.551,8 triliun untuk periode 2016.
Dan untuk pembayaran utang Indonesia adalah sebesar Rp. 221.2 triliun untuk periode 2017 dengan cara berhutang kembali.
Dikutip dari SUARA KALIMANTAN. Pengelolaan fiskal saat ini yang dilakukan oleh Kementerian
Keuangan dinilai sangat memprihatinkan. Faktanya utang negara terus menumpuk
dan ini sangat tidak menyehatkan keuangan negara. Akibatnya, guncangan keuangan
negara kedepannya akan menjadi ancaman serius bangsa dan negeri ini. Data yang
didapat media ini dari Surat Berharga Negara (SBN) kian menggemuk. Hingga saat
ini saja sudah mencapai Rp2.707,81 triliun. Sementara utang lainnya sudah
mencapai Rp731,98 triliun.
Dan bukan hal tersebut diatas
yang akan kita bahas, karena semakin diperdalam. Kita hanya meyakini bahwa
utang Indonesia tidak akan pernah lunas selama lama lama lama lama lama lama
lamanya.
"Dan apa yang terjadi jika hutang Indonesia lunas?"
Pranala (link):https://kbbi.web.id/makmur
makmur/mak·mur/ a 1 banyak
hasil: Karawang dahulu dikenal sebagai daerah -- beras; 2 banyak penduduk dan sejahtera: pembangunan
menuju masyarakat yang adil dan --; 3 serba kecukupan; tidak kekurangan: hidupnya
sudah --;
memakmurkan/me·mak·mur·kan/ v membuat (menyebabkan, menjadikan) makmur: perluasan daerah pertanian itu akan - kehidupan petani;
kemakmuran/ke·mak·mur·an/ n keadaan makmur: kita harus mengubah kemiskinan menjadi -;- nasional 1 semua harta milik dan kekayaan potensi yang dimiliki negara untuk keperluan seluruh rakyat; 2 keadaan kehidupan negara yang rakyatnya mendapat kebahagiaan jasmani dan rohani akibat terpenuhi kebutuhannya;
Yang akan terjadi jika hutang Indonesia lunas adalah :
1. Alokasi
Pendapatan Negara Lebih Banyak Untuk Pembangunan Infrastruktur.
2. Pengelolaan SDA
akan menjadi lebih baik.
Jika
selama ini Indonesia hanya dapat menikmati hasil olahan SDA oleh Asing, baik
secara parawisata dan kekayaan alam. Ada
kemungkian dengan adanya pembangunan infrastruktur akan menjadikan pengelolaan
SDA selaras.
3. Rakyat sejahtera.
Tercukupinya
kebutuhan dasar, yaitu pangan, sandang, papan, kesehatan, lapangan kerja dan biaya pendidikan yang rendah akan meningkatkan kualitas SDM.
Tingkat kemiskinan dan kriminalitas akan menurun.
4. Bebas Pajak.
Dengan
pengelolaan SDA yang baik, negara akan mendapatkan pendapatan yang banyak dan
mungkin Indonesia akan membebaskan rakyat dari beban pajak.
5. Menjadi negara
Produktif.
Setelah
kualitas SDM meningkat, Sistem Pendidikan yang membaik juga akan merubah sifat
konsumtif menjadi produktif. Pertanian, perkebunan ataupun produk dan teknologi
yang dikelola dengan SDM berkualitas akan
menghasilkan hasil yang berkualitas juga dan Indonesia akan menjadi negara
peng-export.
Akhir kata apa yang terjadi
jika hutang Indonesia lunas adalah terwujudnya masyarakat Indonesia yang damai,
demokratis, berkeadilan, berdaya saing, maju, dan sejahtera dalam wadah negara
Republik Indonesia yang didukung oleh manusia Indonesia yang sehat, mandiri,
beriman dan bertakwa, berakhlak mulia, cinta tanah air, berkesadaran hukum dan
lingkungan, menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, memiliki etos kerja yang
tinggi dan disiplin.
No comments:
Post a Comment